Cara Mengatasi Rasa Iri Melihat Pencapaian Teman Di Medsos
Coba jujur deh, siapa yang gak pernah ngerasa iri waktu liat teman upload pencapaian di media sosial? Ada yang posting foto wisuda, dapet beasiswa, liburan ke luar negeri, atau bahkan baru buka bisnis. Di satu sisi kamu senang, tapi di sisi lain, ada perasaan kecil yang bilang, “Kok aku belum bisa kayak gitu ya?”
Tenang, kamu gak sendirian. Rasa iri itu reaksi manusiawi, apalagi di era digital di mana semua orang kayak berlomba buat keliatan sukses. Tapi kalau gak dikontrol, iri bisa berubah jadi racun mental yang bikin kamu insecure dan kehilangan semangat.
Nah, yuk bahas cara mengatasi rasa iri melihat pencapaian teman di medsos biar kamu tetap waras, tenang, dan fokus berkembang.
1. Sadari Bahwa Rasa Iri Itu Normal, Tapi Jangan Dipelihara
Langkah pertama: jangan denial.
Rasa iri bukan dosa — itu sinyal bahwa kamu punya keinginan untuk berkembang.
Kamu boleh ngerasa iri, tapi jangan biarin rasa itu menguasai kamu. Bedanya orang dewasa dan anak kecil adalah cara mereka merespons rasa iri. Orang dewasa mengubah iri jadi motivasi, bukan jadi alasan buat nyinyir.
Coba ubah mindset dari:
“Kenapa dia bisa dan aku enggak?”
Jadi
“Kalau dia bisa, berarti aku juga bisa, cuma waktunya aja belum.”
2. Ingat, Medsos Itu Cuma “Highlight Reel”
Yang kamu lihat di media sosial itu bukan kehidupan utuh seseorang, tapi cuplikan terbaiknya aja.
Kamu lihat mereka senyum di foto, tapi gak lihat air mata, stres, dan perjuangan di balik layar.
Jadi jangan bandingin “behind the scene” hidupmu dengan “highlight” orang lain.
Karena bisa jadi, pencapaian yang kamu iri-in itu hasil dari proses panjang yang kamu belum tahu.
Bahkan, banyak orang yang posting pencapaian bukan buat pamer, tapi buat ngasih semangat ke diri sendiri atau dokumentasi perjalanan hidup.
3. Kurangi Scroll yang Gak Perlu
Kalau kamu tahu medsos bikin kamu overthinking, gak salah kok buat ngambil jarak sejenak.
Unfollow, mute, atau batasi waktu main sosial media.
Bukan karena kamu benci, tapi karena kamu lagi ngasih ruang buat dirimu sendiri.
Contohnya:
- Gunakan fitur “mute” biar gak lihat story yang bikin kamu kepikiran.
- Batasi waktu buka medsos maksimal 30–60 menit per hari.
- Ganti waktu scroll dengan kegiatan yang produktif — baca, olahraga, atau nulis jurnal.
Kadang, kamu cuma butuh detox digital buat ngembaliin pikiranmu ke fokus yang benar.
4. Latih Diri Buat Ikut Bersyukur
Iri tumbuh karena kamu fokus ke hal yang kamu belum punya.
Coba ubah fokus ke hal-hal yang udah kamu punya.
Latihan sederhana:
- Setiap malam, tulis tiga hal yang kamu syukuri hari itu.
- Rayain pencapaian kecilmu, sekecil apapun.
- Ingat perjuanganmu sendiri, meski belum se-wow temanmu.
Semakin kamu bersyukur, semakin kecil ruang buat iri di dalam hati.
Karena gak mungkin kamu bisa bersyukur dan iri di waktu yang sama.
5. Ubah Iri Jadi Inspirasi
Iri bisa berubah jadi bensin motivasi kalau kamu tahu cara menggunakannya.
Alih-alih membandingkan diri, coba pelajari langkah temanmu:
- Apa yang dia lakukan sampai bisa di titik itu?
- Skill apa yang bisa kamu pelajari dari perjalanannya?
- Siapa tahu kamu bisa minta tips langsung dari dia?
Daripada ngerasa kalah, jadikan pencapaiannya sebagai peta buat perjalananmu sendiri.
Contoh:
“Wah, dia bisa lolos beasiswa LPDP ya. Aku pengen belajar juga ah, biar bisa nyusul tahun depan.”
6. Sadari Bahwa Semua Orang Punya Timeline yang Berbeda
Kamu dan temanmu gak lagi ikut lomba lari. Hidup bukan kompetisi yang punya garis finish yang sama.
Ada yang sukses di umur 22, ada juga yang baru “bersinar” di umur 30.
Ingat, waktu orang lain sukses bukan berarti kamu gagal.
Itu cuma berarti giliran kamu belum datang.
Selama kamu terus jalan, kamu tetap di jalurmu sendiri.
Jangan bandingin “waktu tempuh” karena tiap orang punya medan dan tujuan berbeda.
7. Evaluasi, Bukan Membandingkan
Perbandingan yang sehat itu bukan iri, tapi refleksi.
Kamu boleh ngaca ke pencapaian orang lain, asal tujuannya buat evaluasi, bukan buat menurunkan diri sendiri.
Tanya ke diri kamu:
- Apa yang bisa aku pelajari dari mereka?
- Apa yang bisa aku tingkatkan dari diriku sekarang?
- Apakah aku udah kerja sekeras mereka?
Kalau kamu mulai membandingkan secara produktif, kamu bakal dapet insight, bukan rasa sakit hati.
8. Fokus ke Progres, Bukan Hasil
Media sosial sering bikin kamu fokus sama hasil: “Dia dapet beasiswa,” “Dia punya bisnis,” “Dia viral.”
Padahal, yang bikin orang berhasil bukan hasilnya, tapi proses di balik layar.
Coba fokus ke progresmu sendiri:
- Minggu ini kamu belajar apa?
- Bulan ini kamu berkembang di area mana?
- Ada kebiasaan buruk yang berhasil kamu ubah gak?
Progres kecil yang kamu akui sendiri itu jauh lebih berharga daripada validasi dari likes dan views.
9. Sadari Bahwa Iri Bisa Berasal dari Ketidakpuasan Diri
Kadang iri bukan tentang orang lain, tapi tentang kamu yang belum berdamai sama dirimu sendiri.
Kamu ngerasa gak cukup, gak secerdas, gak sekeren, atau gak seproduktif orang lain.
Makanya, sebelum nyalahin medsos, tanya dulu:
“Apakah aku udah cukup menghargai diriku sendiri?”
Kamu gak harus punya semua hal biar bisa bahagia.
Kamu cuma perlu damai dengan perjalananmu sendiri.
10. Latih Diri Buat Ikut Senang Saat Orang Lain Berhasil
Ini emang gak gampang, tapi bisa dilatih.
Coba biasain diri buat ngucapin selamat tulus tiap lihat teman sukses.
Misalnya:
“Wah, keren banget, selamat ya! Semoga terus sukses.”
Awalnya mungkin terasa dipaksakan, tapi lama-lama kamu bakal sadar kalau ikut bahagia justru bikin hati kamu lebih ringan.
Karena energi positif itu menular — makin sering kamu tulus, makin tenang hidupmu.
11. Kurangi Validasi dari Dunia Maya
Kalau kamu sering iri sama pencapaian orang lain, bisa jadi karena kamu juga haus validasi.
Kamu pengen diakui, dipuji, atau disukai orang lain.
Latih diri buat gak mengukur kebahagiaan dari likes dan followers.
Posting sesuatu karena kamu pengen berbagi, bukan karena pengen dibandingin.
Kamu bakal lebih tenang kalau kebahagiaanmu gak tergantung reaksi orang lain.
12. Ingat, Di Balik Setiap Pencapaian Ada Masalah yang Gak Kamu Lihat
Temanmu mungkin kelihatan punya hidup sempurna, tapi kamu gak tahu perjuangan yang dia lewati.
Mungkin dia lembur tiap malam, stres berat, atau bahkan kehilangan sesuatu di balik pencapaian itu.
Jadi, sebelum iri, coba renungkan: kamu siap gak menukar hidupmu dengan seluruh hidupnya — termasuk masalahnya?
Jawabannya hampir selalu: tidak.
13. Gunakan Waktu Iri Buat Berkarya
Setiap menit kamu habiskan buat iri, kamu kehilangan waktu buat bertumbuh.
Jadi, ubah energi itu jadi aksi.
Contoh:
- Kalau iri liat teman rajin nulis, mulai nulis juga.
- Kalau iri liat teman sering ikut lomba, cari lomba yang cocok buat kamu.
- Kalau iri liat teman punya portofolio bagus, mulai bikin dari sekarang.
Satu langkah kecil hari ini lebih berharga daripada seribu pikiran iri tanpa tindakan.
14. Jaga Lingkungan Sosial Kamu
Kalau kamu dikelilingi orang yang hobi pamer, ngebandingin, atau ngomongin pencapaian orang lain, wajar kalau kamu ikutan capek mental.
Mulai sekarang, pilih circle yang:
- Gak ngeremehin pencapaian kecilmu.
- Ngasih semangat, bukan tekanan.
- Fokus tumbuh bareng, bukan bersaing semu.
Circle yang sehat bisa bantu kamu jaga pikiran tetap positif di tengah tekanan sosial media.
15. Ingat, Nilai Diri Kamu Gak Ditentukan oleh Prestasi
Prestasi penting, tapi bukan satu-satunya ukuran hidup.
Nilai kamu gak ditentukan dari berapa banyak pencapaian, tapi dari siapa kamu dan bagaimana kamu memperlakukan orang lain.
Kamu boleh lambat, boleh gagal, boleh lelah — tapi jangan lupa, kamu tetap berharga.
Hidup bukan lomba. Ini perjalanan, dan tiap langkah kecilmu tetap punya makna besar.
FAQ: Cara Mengatasi Rasa Iri Melihat Pencapaian Teman di Medsos
1. Apakah normal merasa iri sama teman sendiri?
Sangat normal. Yang penting adalah bagaimana kamu mengelola rasa iri itu agar gak berubah jadi negatif.
2. Gimana kalau iri ini bikin aku menjauh dari teman?
Coba ngobrol jujur sama diri sendiri dan atur jarak sementara. Tapi jangan jauhi hubungan baik cuma karena perasaan sementara.
3. Apakah harus berhenti main medsos biar gak iri?
Gak harus, tapi batasi dan gunakan dengan sadar. Kamu bisa pilih konten yang memberi energi positif.
4. Gimana kalau teman sering pamer di medsos?
Ingat, kamu gak bisa ngatur orang lain. Tapi kamu bisa ngatur apa yang kamu lihat dan bagaimana kamu bereaksi.
5. Apa tanda iri udah mulai gak sehat?
Kalau kamu mulai senang saat orang gagal, atau ngerasa sedih waktu orang sukses — itu tanda kamu perlu refleksi lebih dalam.
6. Gimana cara ngubah iri jadi motivasi?
Pelajari, bukan iri. Tanyakan: “Apa yang bisa aku pelajari dari pencapaiannya?” bukan “Kenapa aku gak bisa kayak dia?”
Kesimpulan
Melihat pencapaian teman di medsos bisa jadi ujian emosional di era digital. Tapi kamu bisa belajar menghadapinya dengan dewasa, realistis, dan penuh kasih pada diri sendiri.
Ingat, kamu bukan terlambat — kamu cuma punya waktu yang berbeda.
Alih-alih sibuk iri, fokuslah menumbuhkan versi terbaik dari dirimu. Karena yang kamu lawan bukan orang lain, tapi versi lama dari dirimu sendiri.